اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan
secara lengkap mengenai Lumpur Pemboran (Teori Dasar, Jenis Lumpur Pemboran, Jenis
Water Base Mud, dan Sifat Fisik Lumpur Pemboran). Sebelum masuk ke Materi marilah kita
membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir
rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar
Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
Ada beberapa jenis Lumpur Pemboran yang biasa
digunakan dalam operasi Pemboran Sumur Minyak yaitu Fresh Water Mud, Salt
Water Mud, Oil Base and Oil Base Emulsion Mud, Oil in Water Emulsion
Mud dan Gasseous Drilling Mud. dan pada artikel kali ini akan
membahas tentang Jenis Lumpur Water Base Mud.
TEORI DASAR
Fluida pemboran menurut API (American Petroleum
Institute) didefinisikan sebagai suatu fluida sirkulasi dalam operasi pemboran
berputar yang memiliki banyak variasi fungsi, dimana merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap optimumnya operasi pemboran. Oleh karena itu,
sangat menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran. Fluida pemboran
merupakan fluida non-newtonian yang artinya fluida yang mempunyai
viskositas tidak konstan, yaitu viskositasnya tergantung dari
besarnya shear rate yang terjadi. Pada setiap shear rate tertentu,
fluida mempunyai viskositas yang disebut apparent viscosity (viskositas semu).
Lumpur pemboran harus didesain sesuai tekanan pada
formasi yang ditembus, selain itu sifat-sifat lumpur harus diperhatikan karena
lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan ditembus oleh lumpur
bermacam-macam atau berubah-ubah maka sifat-sifat lumpur harus disesuaikan
dengan cara menambahkan zat kimia yang sesuai.
Lumpur berbahan dasar air sangat baik digunakan
selama operasi pemboran, selain memiliki nilai ekonomis, lumpur berbahan dasar
air mudah dicampurkan dengan additive lainnya, sehingga memungkinkan
lumpur dapat mengatasi masalah-masalah pemboran. Disamping memiliki
kelebihan, lumpur berbahan dasar air pun memiliki kekurangan-kekurangan
dalam realisasinya, khususnya ketika pemboran menembus zona batuan shale.
Air tidak bersifat clay blocking yang berarti mudah untuk
didispersikan oleh mineral clay, sehingga dapat menyebabkan
masalah-masalah baru ketika pemboran berlangsung, seperti bit balling,
rekah formasi, differensial pipe sticking, lost circulation maupun problem
kick yang disertai blow out apabila tidak segera ditangani.
JENIS –
JENIS LUMPUR PEMBORAN
Jenis-jenis lumpur pemboran yang biasa digunakan
dalam operasi pemboran yaitu:
1.
Fresh
Water Mud
Jenis
lumpur ini yang fasa cairnya air tawar dengan kadar garam kecil (kurang
dari 10000 ppm = 1% berat garam). Fresh water mud juga dibagi lagi menjadi
beberapa jenis yang diantaranya adalah :
a.
Spud Mud
Spud
Mud adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal atau bagianatas bagi
conduktor casing. Fungsi utamanya adalah untuk mengangkat cutting dan membuka
lubang di permukaan.
b.
Natural Mud
Natural
Mud dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa cair, sifat-sifatnya
bervariasi tergantung formasi yang di bor. Lumpur ini digunakan untukpemboran
yang cepat seperti pemboran pada surface casing.
c.
Bentonite – treated Mud
Bentonite
– treated Mud mencakup sebagian besar dari tipe-tipe air tawar. Bentonite
adalah material paling umum yang digunakan untuk koloid inorganik yang
berfungsi mengurangi filtrate loss dan mengurangi tebal mud cake. Bentonite
juga dapat menaikkan viscositas.
d.
Phospate treated Mud
Phospate
tread Mud mengandung polyphospate untuk mengontrol viscositas gel strength dan
juga dapat mengurangi filtrate loss serta mud cake dapat tipis.
e.
Organic Colloid treated Mud
Organic
Colloid trate Mud terdiri dari penambahan pregelatinized starch atau
carboxymethyl cellulose pada lumpur yang digunakan untuk mengurangi filtration
loss pada fresh water mud.
f.
Red Mud
Red
Mud mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan oleh treatment dengan
cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis lumpur ini adalah alkaline
tannate treatment dengan penambahan polyphosphate untuk lumpur dengan pH
dibawah 10.
g.
Calcium Mud
Calcium
Mud yaitu lumpur yang mengandung larutan calcium (di sengaja). Calcium bisa
ditambah dengan bentuk slake lime (kapur mati), semen, plaster (CaSO4)
atau CaCl2.
2.
Salt
Water Mud
Jenis
lumpur ini dengan bahan dasar garam untuk membor pada formasi garam massive/salt
dome atau lapisan formasi garam. Filtrate lossnya besar dan mud-cakenya
tebal bila tidak ditambah organic colloid, pH lumpur di bawah 8, oleh
karena itu perlu preservative untuk menahan fermentasi starch. Jika
salt mudnya mempunyai pH yang lebih tinggi, fermentasi terhalang oleh basa.
Suspensi ini bias diperbaiki dengan penggunaan attapulgite sebagai pengganti
bentonite.
3.
Oil
Base and Oil Base Emulsion Mud
Lumpur
ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya. Kadar air diatur rendah hanya
berkisar 3 – 5 % volume. Karena filtratenya minyak, sehingga tidak
akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik pada
formasi biasa ataupun formasi produktif. Kegunaan terbesar adalah pada completion dan workover sumur.
Kegunaan lain adalah untuk melepasakan drill pipe yang terjepit, mempermudah
pemasangan casing dan liner. Oil base mud ini harus ditempatkan pada suatu
tanki besi untuk menghindarkan kontaminasi air. Rig harus dipersiapkan agar
tidak kotor dan bahaya api berkurang.
4.
Oil
in Water Emulsion Mud
Jenis
lumpur ini terdiri dari fasa yang tersebar sedangkan air merupakan fasa
kontinyu. Air juga merupakan filtrate. Sebagai bahan dasar bisa digunakan
baik fresh maupun salt water muds. Sifat-sifat fisik yang
dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, volume filtrate ,tebal mud cake
dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi filtrate loss berkurang.
Keuntungannya adalah bit yang lebih tahan lama, penetration rate naik,
pengurangan korosi pada drilling string, perbaikan pada sifat-sifat fisik
lumpur (viscositas dan tekana pompa boleh atau dapat dikurangi, water loss
turun, mud cake turun, mud cake tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya bit
oleh padatan lumpur). Viscositas dan gel lebih mudah dikontrol bila
emulsifiernya juga bertindak sebagai thinner (pengencer).
5.
Gasseous
Drilling Mud
Lumpur
ini bahan dasarnya adalah udara kering dan digunakan pada formasi kering atau
keras. Lumpur bisa juga merupakan aerated drilling mud artinya
pencampuran antara air dan udara atau gas.
JENIS –
JENIS WATER BASE MUD
1.
Spud
Mud
Spud
mud digunakan unruk memberi formasi bagian atas bagi conductor casing.
Fungsi utamanya mengangkat cutting dan membuka lubang di permukaan
(formasi atas). Volume yang digunakan biasanya sedikit dan dapat dibuat dari
air dan bentonite (yield 100 bbl/ton) atau clay air
tawar yang lain (yield 35-50 bbl/ton). Tambahan bentonite atau clay perlu
dilakukan untuk menaikkan viscositas dan gel strength bila
membor pada zona-zona loss. Kadang-kadang perlu lost circulation material. Densitas harus
kecil saja.
2.
Natural
Mud
Natural
mud dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fase cair.
Sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari formasi yang dibor. Umumnya tipe
lumpur ini digunakan untuk pemboran yang cepat seperti pemboran pada surface
casing. Dengan bertambahnya kedalaman pemboran, sifat-sifat lumpur yang lebih
baik diperlukan dan natural mud ini di treated dengan
zat-zat kimia dan aditif-aditif koloid. Beratnya sekitar 9.1-10.2 ppg dan viscositasnya 35-45
detik.
3.
Bentonite
Trated Mud
Mencakup
sebagian besar dari tipe-tipe lumpur air tawar. Bentonite adalah
material yang paling umum digunakan untuk membuat colloid inorganic untuk
mengurangi filter loss dan mengurangi tebal mud cake. Bentonite juga
menaikkan viscositas dan gel yang mana dapat dikontrol
dengan thinner.
4.
Phospate
Trated Mud
Mengandung polyphosphate untuk
mengontrol viskositas dan gel strength. Penambahan zat ini akan
berakibat pada terdispersinya farksi-fraksi clay colloid padat
sehingga densitas lumpur dapat cukup besar tetapi viscositas dan gel
stenghtnya rendah. Ia mengurangi filter loss serta mud cake dapat
tipis. Tannin sering ditambahkan bersama-sama dengan polyphosphate untuk
pengontrolan lumpur.
Polyphosphate tidak
stabil pada temperatur tinggi (Sumur-sumur dalam) dan akan kehilangan efeknya
sebagai thinner (Polyphosphate yang malah menyebabkan terjadinya
flokulasi). Juga polyphosphate mud sukar dikontrol pada densitas lumpur
tinggi (yang sering berhubungan dengan pemboran dalam). Dengan
penambahan-penambahan zat kimia air, densitas lumpur dapat dijadikan
9-11 ppg. Polyphosphate mud juga menggumpal bila terkenan
kontaminasi NaCl, calcium sulfate atau kontaminasi semen dalam jumlah
banyak.
5.
Ionic
Colloid Trated Mud
Terdiri
dari penambahan pregelatinized starch atau carboxymethilecellulosa pada
lumpur. Karena koloid organik tidak selalu sensitif terhadap flokulasi
seperti clay, maka pengendalian filtrasinya pada lumpur yang
terkontaminasi dapat dilakukan dengan koloid organik ini baik untuk
mengurangi filtration loss pada fresh water mud. Dalam
kebanyakan lumpur penurunan filtration loss lebih banyak dilakukan
dengan koloid organik dari pada inorganic.
6.
Red
Mud
Red
mud mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan oleh treatment dengan
soda kaustik dan quabracho (merah tua). Istilah ini akan tetap
digunakan walaupun nama-nama koloid yang dipakai sekarang ini mungkin
menyebabkan warna abu-abu kehitaman. Umumnya istilah ini digunakan untuk
lignin-lignin tertentu dan humic thinner selain untuk tannin
alkalinitas. Suatu jenis lain lumpur ini adalah alkaline tannate treatment dengan
penambahan polyphosphate untuk lumpur-lumpur dengan pH dibawah 10.
Perbandingan alkaline, organik, dan polyphosphate dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan setempat. Alkaline-alkaline treated mud mempunyai
range pH 8-13. Alkaline tannate denngan pH kurang dari 10 sangat sensitif
terhadap flokulasi karena kontaminasi garam. Dengan naiknya pH maka lebih sukar
unrtk flokulasi. Untuk pH lebih dari 11.5, pregelatinizied starch dapat
digunakan tanpa bahaya fermentasi. Dibawah pH ini, preservative harus
digunakan untuk mencegah fermentasi (meragi) pada fresh water mud. Jika
diperlukan densitas lumpur yang tinggi lebih murah bila
digunakan treatment yang menghasilkan calcium treated mud dengan
pH yang tingginya 12 atau lebih.
7.
Calcium
Mud
Lumpur
ini mengandung larutan kalsium (disengaja). Kalsium bisa ditambah dalam
bentuk slaked lame (kapur mati), semen, plaster (CaSO4)
dipasarkan atau CaCl2 tetapi dapat pula karena pemboran
semen, anhydrite dan gypsum. Calcium Mud dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
a.
Lime Treated Mud
Lumpur
ini di treated dengan caustic soda atau organic
thinner, hydrate lime dan untuk mendapat filter loss rendah,
suatu koloid organik. Treatment ini menghasilkan lumpur dengan pH
11.8 atau lebih dan 60-100 (3-20 epm) ppm ion Ca dalam filtrate. Lumpur
ini menghasilkan viscositas dan gel strength rendah,
memberi suspensi yang baik bagi material-material pemberat, mudah dikontrol
pada densitas sampai 20 ppg, toleran tehadap konsentrasi garam
(penyebab flokulasi) yang relatif besar dan mudah dibuat dengan filter
loss rendah. Keuntungannya terutama pada kemampuan untuk membawa
padatan clay dalam jumlah besar pada viskositas lebih
rendah dari pada dengan tipe-tipe lumpur lainnya. Kecuali tendensinya untuk
memadat pada temperatur tinggi, lumpur ini cocok untuk pemboran dalam dan untuk
mendapatkan densitas tinggi.
b.
Gypsum Treated Mud
Lumpur
ini berguna untuk membor formasi anhydrite dan gypsum, terutama
bila formasinya interbedded (selang-seling) dengan garam dan shale. Treatmentnya adalah
dengan ,mencampur base mud (lumpur dasar) dengan plaster (CaSO4 dipasaran)
sebelum formasi anhydrite dan gypsum dibor. Dengan
penambahan plaster tersebut pada rate yang terkontrol, maka viscositas dan gel
strength yang berhubungan dengan kontaminan ini dapat dibatasi.
Setelah clay dilumpur bereaksi dengan ion Ca, tidak akan terjadi
pengentalan lebih lanjut dalam pemboran formasi gypsum atau
garam. Gypsum treated mud dapat dikontrol filtrate lossnya dengan organic
colloid dan karena pH-nya rendah, maka presentative harus
ditambahkan untuk mencegah fermentasi. Preservasi ini boleh dihentikan
penambahannya bila garam yang dibor cukup untuk meberikan saturated salt
water mud.
Suatu
modifikasi dari gypsum treated mud adalah dengan penggunaan chrome
lignosulfonate deflocculant yang memberikan kontrol pada
karakteristik flat gels pada lumpur tersebut. Lumpur gypsum
chrom lignosulfonate ini mempunyai sifat yang sama baiknya dengan lime
treated mud. Penggunaan non-ionic surfactant dalam gysum chroms
lignosulfonate mud menghasilkan pengontrolan yang lebih baik pada filtrate
loss dan flow propertiesnya, selain toleransinya yang besar terhadap
kontaminasi garam.
c.
Calsium Salt
Selain hydrated
lime dan gypsum telah digunakan tetapi tidak meluas. Juga
zat-zat kimia yang memberikan supply cation multivalent untuk base
exchange clay (pertukaran ion-ion pada clay), seperti Ba(OH)2 telah
digunakan.
8.
Lignosulfonate
Mud
Jenis
lumpur ini terdiri dari air tawar (air asin), bentonite, chrome atau ferrochrome
lignosulfonate, caustic soda, CMC atau starch stabil. Material
optimal seperti lignite, minyak, lubricant dan surfactant dapat
digunakan. Lumpur ini berfungsi sebagai thinner (pengencer).
Pertimbangan menggunakan lumpur ini adalah:
a.
Dapat berfungsi pada suhu yang sedang, yaitu 300
- 350 oF.
b.
Toleransi tinggi pada kontaminasi oleh padatan
bor seperti garam, anhydrite, gypsum dan semen.
c.
Filtrate loss rendah.
d.
Dengan konsentrasi tinggi dapat bersifat dispersive dan inhibitif.
e.
Kelemahan dari lumpur ini adalah bersifat
mendispersif yang cukup tinggi akan menimbulkan masalah baru pada sistem
lumpur.
9.
KCL
Polimer Mud
Lumpur
ini cocok digunakan untuk membor lapisan shale karena sifat sloughing-inhibiting (pencegahan
peruntuhan shale) yang sangat baik yang dihasilkan dari penggunaan KCl dan
Polimer pencegah. Pencegahan dengan KCl terlihat dari penempatan ion sodium
pada shale oleh ion potassium dimana terikat dengan rapat sekali.
Polimer pencegah adalah polimer anionic dimana mengikat diri pada
tepi yang bermuatan positif dari lapisan shale yang terbuka dan
mencegah shale kontak dengan air. Keuntungan menggunakan lumpur ini
adalah :
a.
Yield point tinggi.
b.
Menciptakan stabilitas lubang bor.
c.
Hidrolika bit baik dan kehilangan
tekanan sirkulasi berkurang.
d.
Kerugiannya adalah ketidakstabilan pada suhu di
atas 250 oF.
SIFAT –
SIFAT FISIK LUMPUR PEMBORAN
1.
Berat
Jenis
Berat
jenis lumpur pemboran sangat besar pengaruhnya dalam mengontrol tekanan
formasi, sebab dengan naiknya berat jenis lumpur maka tekanan lumpur akan naik
pula.
D
= W : V
Keterangan:
D : Berat jenis lumpur
W : Berat lumpur
V :
Volume lumpur
Tekanan
hidrostatik lumpur didefinisikan sebagai per satuan luas yang secara matematis
dinyatakan sebagai berikut:
Ph
= 0.052 x h x D
Keterangan:
P : Tekanan hidrostatik
lumpur
h :
Tinggi kolom lumpur
D : Berat jenis Lumpur
2.
Viskositas
Viskositas
merupakan salah satu sifat lumpur yang menentukan daya tahan terhadap
pergerakan, dimana tahanan ini terjadi disebabkan oleh pergesekan antar
partikel-partikel dari lubang bor. Viskositas menyatakan kekentalan
dari lumpur bor, dimana viskositas memegang peranan dalam pengangkatan
serbuk bor ke permukaan. Makin kental lumpur, maka pengangkatan cutting kurang
sempurna dan akan mengakibatkan cutting tertinggal di dalam lubang
bor dan dapat mengakibatkan rangkaian pipa pemboran akan terjepit. Akan tetapi,
bila lumpur pemboran mempunyai harga viskositas yang terlalu tinggi
maka dapat mengakibatkan permasalahan pemboran seperti loss circulation.
3.
Gel
Strength
Diwaktu
lumpur bersirkulasi besaran yang berperan adalah viskositas, sedangkan
diwaktu sirkulasi berhenti yang memegang peranan adalah gel strength.
Lumpur akan menjadi gel saat tidak ada sirkulasi. Hal ini disebabkan
oleh gaya tarik-menarik antara partikel-partikel padatan lumpur.
Diwaktu
lumpur berhenti bersirkulasi, lumpur harus mempunyai gel strength yang
dapat menahan cutting dan material pemberat lumpur agar jangan turun,
sehingga padatan tidak menumpuk dan mengendap di annulus, dan mencegah
pipa terjepit. Akan tetapi, jika gel strength terlalu tinggi akan
menyebabkan terlalu tinggi akan menyebabkan terlalu berat kerja lumpur untuk
memulai sirkulasi kembali. Walaupun pompa mempunyai daya yang kuat, pompa tidak
boleh mempompakan lumpur dengan daya yang besar karena formasi bisa pecah.
4.
Yield
Point
Bagian
dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik-menarik antar partikel.
Jadi Yield Point merupakan angka yang menunjukkan shearing
stress yang diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur kembali. Dengan kata
lain lumpur tidak akan dapat disirkulasi sebelum diberikan shearing stress
sebesar yield point. Yield Point sangat penting diketahui untuk
perhitungan hidrolika lumpur, dimana yield point mempengaruhi
hilangnya tekanan diwaktu lumpur sirkulasi.
5.
Filtrasi
dan Mud Cake
Ketika
terjadi kontak antara lumpur dan batuan porous, batuan tersebut akan bertindak
sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil
melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate,
sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan di permukaan batuan
disebut mud cake.
6.
PH
Lumpur
PH
dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur bor. PH dari
lumpur yang dipakai berkisar 8.5-12. Jadi lumpur bor yang digunakan adalah
dalam suasana basa. Lumpur sebaiknya tidak terlalu basa karena akan menaikkan viskositas dan gel
strength dari lumpur.
Demikian Artikel mengenai Penjelasan Lengkap Lumpur
Pemboran (Teori Dasar, Jenis Lumpur Pemboran, Jenis Water Base Mud, dan Sifat
Fisik Lumpur Pemboran), kita akhiri dengan mebaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil
’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert