اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan secara lengkap Proses Pembuatan n-Butanol dan Pemilihan
Prosesnya. Sebelum masuk ke Materi marilah kita
membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir
rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar
Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
N-BUTANOL
n-Butanol atau n-butil
alkohol atau normal butanol adalah alkohol primer dengan struktur 4-karbon, dan
memiliki rumus kimia C4H9OH. Isomernya antara lain isobutanol, 2-butanol, dan tert-butanol.
Butanol adalah salah satu dari kelompok "alkohol fusel"
(dari bahasa Jerman untuk "en: bad liquor"), yang memiliki lebih
dari dua atom karbon dan mudah larut dalam air.
n-Butanol
secara natural berada sebagai produk minor fermentasi gula dan karbohidrat lainnya, dan terdapat dalam kebanyakan bahan
makanan dan minuman. Ini juga merupakan zat perisa buatan yang diizinkan
di Amerika Serikat, digunakan dalam mentega, krim,
buah, rum, whiskey, es krim, kembang gula, dan produk
bakeri. Senyawa ini juga digunakan luas untuk produk-produk konsumen.
Penggunaan
terbesar n-butanol sebagai produk antara dalam industri, terutama pada
pabrikasi butil asetat (suatu
zat perisa buatan dan pelarut industrial). Ini merupakan suatu petrokimia, dibuat dari propilena dan biasanya dimanfaatkan oleh industri.
Perkiraan jumlah produksi tahun 1997 adalah: AS 784.000 ton, Eropa Barat
575.000 ton, Jepang 225.000 ton.
n-Butanol
diproduksi secara industri dari bahan baku petrokimia propilena. Propilena diberi perlakuan hidroformilasi menjadi butiraldehida (proses okso) dengan keberadaan katalis homogen berbasis rhodium, mirip
dengan katalis
Wilkinson. Butiraldehida kemudian diberi perlakuan hidrogenasi untuk
menghasilkan n-butanol.
PROSES
PEMBUATAN N-BUTANOL
1.
Proses
Fermentasi
Bahan baku
yang biasa digunakan untuk menghasilkan n-butanol pada proses fermentasi adalah
molase. Molase merupakan hasil samping dari industri gula yang diperoleh
setelah sakarosa dikristalisasi dan disentrifusi dari sari gula tebu.
Gambar 1. Pembuatan n-Butanol secara Fermentasi
Proses fermentasi molase menggunakan kultur bakteri. Bakteri ini dapat
mengubah glukosa menjadi n-butanol dan gas CH4. Molase bersarna
kultur bakteri dimasukkan ke dalam tangki fermentasi yang beroperasi pada
kondisi aerob. Pada proses ini akan terbentuk gas CO2 clan hidrogen.
Gas-gas ini ditampung untuk kemudian direcovery.
Reaksi
fermentasi:
(C6H10O5)x
C6H12O6 CH3COCH3 + CH3CH2CH2OH
+ C2H5OH + CO2 + H2
Alkohol hasil fermentasi merupakan alkohol berkadar rendah yang disebut
beer. Alkohol ini kemudian dibawa ke kolom beer. Kolom ini berjumlah 2 buah dan
berfungsi untuk menaikkan konsentrasi alkohol yang diperoleh. Hasil atas beer
kolom kedua dibawa ke kolom destilasi pertarna untuk memisahkan aseton dari
alkohol. Hasil bawah kolom beer dibawa ke kolom destilasi kedua untuk
memperoleh n-butanol dengan kemurnian 96%.
Selain n-butanol, proses ini juga menghasilkan aseton dan etanol. Tiap 1
gallon molase mengandung 6 lb gula yang akan menghasilkan 1,45 lb n-butanol;
0,4 lb aseton; dan 0,07 lb campuran etanol, CO2, dan hidrogen.
2.
Kondensasi
Aldol
Proses
aldol merupakan proses pembuatan n-butanol secara sintetik. Bahan baku yang
digunakan pada proses ini adalah etil alkohol atau asetilen. Mula-mula etanol
didehidrogenasi atan asetilen dihidrasi untuk menghasilkan asetaldehid dengan
menggunakan katalis merkuri sulfat.
Kemudian
asetaldehid dikondensasi pada reaktor menjadi aldol pada temperatur 10 - 25 oC
dan tekanan atmosfer, dengan menambahkan sejumlah kecill soda kaustik. Sebesar
60% asetaldehid akan terkonversi menjadi aldol.
Dari
reaktor, aldol dibawa ke kolom dehidrasi untuk memisahkan aldol dari asetaldehid
yang tidak terkonversi. Asetaldehid yang terpisah direcycle ke tangki
asetaldehid untuk digunakan sebagai umpan reaktor. Dari kolom dehidrasi aldol
diumpankan ke kolom destilasi untuk direaksikan dengan asarn asetat membentuk
krotonaldehid. Krotonaldehid kemudian dihidrogenasi pada fase uap untuk
menghasilkan n-butanol.
Persamaan
reaksi:
CH3CHO à CH3CH(OH)CH2CHO à CH3CH=CHCHO à CH3CH2CH2OH
Asetaldehid Aldol Krotonaldehid n-butanol
Gambar 2. Flow Sheet Pembuatan n-Butanol Dengan Proses Aldol
Pada kolom hidrogenasi, gas hidrogen clan katalis, nikel-kromium
diumpankan. Kolom hidrogenasi beketja pada temperatur 135 - 175 °C. Produk
keluar kolom ini dengan kemumian 80% n-butanol clan 20% n-butiraldehid.
3.
Proses
Hidrogenasi
Butiraldehid
cair yang terdiri dari 99% n-butiraldehid dan 1% i-butiraldehid dicampur dengan
air (3% dari maupan butiraldehid) pada sebuah mixer yang bekerja pada tekanan 1
mm dan temperatur 30°C untuk menghindari ketonisasi. Campuran ini diuapkan pada
vaporizer, dan dikontakkan dengan gas yang terdiri dari 99,5% H2 dan
0,5% N2 pada suatu reaktor hidrogenasi.
Reaktor hidrogenasi ini merupakan fixed bed reactor dengan dua buah bed
didalamnya. Pada reaktor terjadi reaksi hidrogenasi antara n-butiraldehid dan H2
sebagai reaksi utama, reaksi hidrogenasi antara i-butanol dan H2
sebagai reaksi samping. Untuk mempercepat mekanisme reaksi digunakan katalis Co
pada permukaan alumina.
Reaktor bekerja pada tekanan 35 atm, temperatur 100 – 200 °C. Bahan baku
memasuki reaktor pada temperatur 100°C dan meninggalkan reaktor pada temperatur
155,4°C. Reaksi hidrogenasi adalah reaksi eksoterm, karena reaktor adalah bersifat adiabatis maka
kelebihan panas pada reaktor dihilangkan dengan air pendingin yang memasuki
reaktor melalui external exchanger. Pada reaktor ini 75% n-butiraldehid akan
terconversi menjadi n-butanol.
Hasil dari reaktor kemudian dibawa ke separator yang bekerja pada
tekanan 37 atm dan temperatur 60°C untuk memisahkan sisa gas H2 dan
gas inert N2 dari butanol, butiraldehid, dan H2O. Gas H2
dan N2 yang keluar dari top separator setelah diturunkan tekanannya
pada expansion valve menjadi,30 atm akan dipurging 1/4 bagian, sedangkan
sisanya direcycle dan dicampurkan kembali dengan umpan gas dari H2
plant
Butiraldehid, butanol, dan H2O yang meninggalkan bottom
separator akan menuju ke menara destilasi-1 untuk pemurnian butanol setelah
diturunkan tekanannya hingga 1 atm pada expansion valve. Umpan memasuki menara
destilasi-1 pada tekanan 1 atm dan temperature 101,5°C. Produk bawah menara destilasi-l
terdiri dari 99% n-butanol, 0,75% ibutanol, dan 0,25% H2O.
Destilat
menara destilasi-1 yang terdiri dari n-butiraldehid yang terdiri dari
n-butiraldehid, i-butiraldehid, H2O, dan sebagian i-butanol akan
diumpankan ke menara destilasi-2 pada tekanan 1 atm dan temperatur 80,6°C.
Menara destilasi-2 bertujuan untuk memanfaatkan sisa butiraldehid sebagai bahan
proses dengan merecycle destilat menara destilasi-2 ke mixaer kembali. Bottom
produk menara destilasi-2 akan dipompakan ke pengolahan limbah sebelum dibuang
ke badan air.
Gambar 3. Flow Sheet Pembuatan n-Butanol Dengan Proses Hidrogenasi
PEMILIHAN
PROSES PEMBUATAN
Pada proses pembuatan n-butanol sering menggunakan proses
hidrogenasi, karena proses hidrogenasi memiliki beberapa kelebihan bila
dibandingkan dengan proses-proses lainnya, yaitu:
1.
Memiliki
konversi reaksi relatif lebih besar, yaitu 75%, sehingga untuk jumlah bahan
bahan yang sama banyaknya akan diperoleh basil n-butanol yang lebih banyak,
sehingga secara ekonomis dipandang lebih menguntungkan.
2.
Proses
hidrogenasi tidak membutuhkan pemisahan yang rumit, sehingga peralatan yang
digunakan relatif lebih sederhana.
3.
Kemurnian
produk yang dihasilkan cukup tinggi, mencapai 99%.
4.
Harga
bahan baku pembuatan n-butanol dengan proses hidrogenasi relatif lebih murah.
5.
n-Butiraldehid
sebagai bahan baku pembuatan n-butanol ini mrupakan cairan jernih yang tidak
berwarna dan mempunyai bau yang khas. Sifat fisika n-butiraldehid antara lain
dapat larut dalam air, etil alkohol, etil asetat, aseton, dan toluen, dan
merupakan zat yang mudah terbakar. Sedangkan hidrogen merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan berasa., dan bila dicampur dengan udara akan
menghasilkan campuran yang mudah terbakar dan meledak.
Demikian Artikel mengenai Penjelasan Lengkap
Proses Pembuatan n-Butanol dan Pemilihan Proses Pembuatannya, kita
akhiri dengan mebaca Hamdallah : الحَمْدُ
لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert