اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan secara lengkap tentang Teknik Pengolahan
Ikan secara Fisikawi dan Pengolahan Ikan Pindang. Sebelum masuk ke
Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi
minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim”
Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
TEKNIK PENGOLAHAN IKAN
Produk perikanan memiliki sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh terutama kandungan protein dan asam lemak tak jenuhnya (lihat Komposisi
Kimiawi Ikan), dengan mengkonsumsi produk perikanan diharapkan kebutuhan protein
intake masyarakat dapat terpenuhi. Produk perikanan termasuk highly perishable
food dikarenakan komposisi biokimiawinya. Kandungan pada tubuh ikan yang
didominasi oleh air, protein dan lemak menjadikan produk perikanan cepat busuk
atau mudah rusak setelah dipanen maupun ditangkap. Selain faktor dari dalam
tersebut, faktor luar seperti temperatur, ketersediaan oksigen, cahaya,
peralatan yang kurang saniter dan higienis, kesalahan penanganan bahan baku dan
lain sebagainya juga dapat mempengaruhi daya awet dan kesegaran produk.
Faktor dari dalam yaitu Kadar air tinggi pada ikan menjadikan media yang
sangat baik bagi pertumbuhan mikroba pembusuk maupun patogen. Selain
dipengaruhi oleh faktor biologis (mikroba) kerusakan produk perikanan juga
dapat disebabkan oleh proses kimiawi, kadar lemak tinggi pada beberapa spesies
ikan menyebabkan ikan cepat mengalami oksidasi (ketengikan), proses ini lebih
cepat berlangsung apabila terdapat katalisator berupa udara, kenaikan suhu
maupun dari logam yang berunsur besi maupun turunannya, proses autolisa atau
pembusukan yang disebabkan oleh enzim yang secara alamiah terdapat pada tubuh
ikan. Ikan mati proses metabolisme pada tubuh ikan tidak dapat berjalan seperti
pada kondisi ikan hidup. Komponen makro nutrient seperti lemak dan protein akan
terurai menjadi komponen yang lebih sederhana yang mengarah pada pembentukan
komponen yang tidak dikehendaki seperti amonia penyebab bau busuk merupakan
hasil perombakan protein. Penyebab pertama pembusukan ikan setelah mati tidak
dapat diketahui, apakah proses pembusukan secara biologis atau kimiawi maupun
autolisa yang terlebih dahulu tidak dapat dipastikan.
PENGOLAHAN IKAN SECARA FISIKAWI
Pengolahan hasil perikanan memanfaatkan sifat-sifat fisikawi
terutama penggunaan suhu merupakan prinsip dasar dalam bidang pengolahan hasil
perikanan. Penggunaan suhu dikenal dengan suhu rendah (chilling dan freezing)
dan suhu tinggi yang meliputi (boiling, pasteurisasi, dan sterilisasi). Berikut
masing-masing penjelasan proses tersebut.
1.
Chilling
Chiling atau dalam bahasa umumnya adalah pendinginan merupakan
proses pengolahan ikan yang sangat sederhana dan sering digunakan, pendinginan
berprinsip menurunkan suhu serendah mungkin yang dilakukan dengan cepat.
Pendinginan hanya mampu memperlambat proses pembusukan oleh bakteri maupun
aktifitas enzim pembusuk. Suhu pendinginan berkisar antara (0 – 4 °C) dan patokan suhu ini yang dijadikan
pembeda antara proses pendinginan dengan freezing atau lebih dikenal dengan
pembekuan. Media pendingin dapat berupa gas, cairan maupun padatan contohnya
es, es lebih sering digunakan. Es sebagai media pendingin dapat berbentuk balok
maupun curai dan dapat dibuat dari air tawar yang didinginkan, air laut yang
didinginkan, dan air larutan garam yang didinginkan. Pendinginan dengan es
dapat digunakan secara langsung untuk mengawetkan ikan dengan susunan (es,
ikan, es, ikan dst) maupun ditambahkan dengan air (es, air, dan ikan).
Kebutuhan es sebagai media pendingin ikan adalah 1 : 1 (1 kg ikan : 1 kg es).
2.
Freezing
Freezing atau yang sering dikenal pembekuan adalah proses dimana
suatu produk diturunkan suhunya hingga dibawah titik beku dan sebagian dari air
yang terkandung didalamnya telah menjadi kristal es (Fellows, 1990). Dari
pengertian tersebut penggunaan suhu lebih rendah dari -2 °C bahkan sampai -3 °C atau lebih rendah lagi digunakan dalam
proses pembekuan. Titik beku air yang terkandung dalam tubuh ikan adalah 0
°C sehingga
kondisi diluar tubuh ikan untuk mencapai titik beku tersebut haruslah lebih
rendah dari 0 °C. Perbedaan
penggunaan suhu inilah yang menjadikan pembeda antara proses pendinginan dan
pembekuan.
3.
Boiling
Boiling merupakan salah satu tehnik pengolahan ikan dengan cara
merebus ikan dalam air yang telah diberi garam maupun tanpa garam. Boiling fish
atau di Indonesia lebih dikenal dengan ikan pindang merupakan tehnik pengawetan
ikan yang bersifat singkat. Hal ini dikarenakan bahan baku ikan yang digunakan
kurang memenuhi standar, tehnik pengolahan, serta pengemasan yang masih
bersifat sederhana. Jenis ikan yang sering dijadikan pindang adalah kembung
(Rastrelliger), Layang (Decapterus), Tongkol (Euthynnus) atau Caranx sp. Proses
pengolahan ikan pindang pada masing-masing daerah berbeda-beda tergantung dari
teknologi / peralatan yang digunakan. Secara umum proses pemindangan ikan
adalah sebagai berikut: Proses pemindangan ikan memberikan efek positif maupun negatif
terhadap nutrisi, tekstur dan sensori produk. Hasil penelitian Oluwaniyi, O et
al. (2010) menunjukkan bahwa Ikan Clupea harengus, Scomber scombrus, Trachurus
trachurus and Urophycis tenuis yang telah dihilangkan kepala dan tulangnya
dimasak selama 10 menit pada suhu 1000 °C
hingga matang menunjukkan bahwa pemanfaatan panas dalam proses pengolahan ikan
(boiling) 1). Mampu mengurangi kadar protein daging ikan yang nantinya
menyebabkan kerusakan dan tidak tersediannya asam-asam amino, hal ini
dikarenakan semakin lama dan tinggi temperatur yang digunakan pada proses
pemindangan menyebabkan perubahan kandungan asam amino pada daging. Berikut ini
disajikan perubahan asam amino beberapa jenis ikan. (Sumber : Oluwaniyi, O et
al. 2010).
TEKNIK PENGOLAHAN IKAN PINDANG
Ikan yang dipindang pada suhu 85-90 °C selama 15 menit mampu menurunkan nilai EPA dan DHA, akan tetapi EPA dan DHA ikan yang dipindang tersebut mengalami penurunan yang tidak signifikan jika dibandingkan dengan ikan yang digoreng menggunakan minyak bunga matahari pada suhu 150-170 °C selama 15-20 menit (Gladyshev, M. I. et al. 2007).
1.
Pasteurisasi
Proses pengolahan yang memanfaatkan suhu tinggi tetapi tidak
melebihi titik didih air (1000 °C’).
Pasteurisasi digunakan untuk menginaktifkan enzim, membunuh sebagian bakteri
pembusuk maupun patogen, dan mampu memperpanjang daya simpan. Penggunaan
pasteurisasi disesuaikan dengan karakteristik bahan yang akan diolah dan
biasanya bahan yang dipasteurisasi tidak tahan terhadap panas. Produk perikanan
yang biasa dipasteurisasi adalah rajungan, kepiting, oyster. Menurut Badan
Standarisasi Nasional (2002), bahwa suhu dalam wadah pasteurisasi rajungan 1800
– 1900 °F atau 82,20 –
87,80 °C selama 115 –
118 menit.
2.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan pengolahan yang menggunakan suhu sangat
tinggi, dapat melebihi titik didih air. Suhu yang digunakan untuk sterilisasi
adalah 1210C selama 15 menit dengan mengacu pada spora bakteri termophilus
seperti Clostridium botulinum dan Bacillus lebih resisten pada suhu tersebut.
Sterilisasi dapat merusak nilai gizi bahan yang diolah oleh karena itu dikenal
adanya sterilisasi komersial. Sterilisasi komersiil merupakan tingkat
sterilisasi dimana semua bakteri patogen dan pembentuk toksin, mikroorganisme
jika ada dan yang dapat tumbuh dibawah penanganan dan kondisi penyimpanan
normal dapat dimusnahkan. Makanan yang telah disterilisasi komersial mungkin
masih mengandung sejumlah kelompok mikroba dalam bentuk spora yang tahan panas,
akan tetapi spora ini sudah inaktif atau tidak dapat membelah diri dan hanya
dapat hidup bila diisolasi dan ditumbuhkan.
3.
Deep Frying
Deep frying sama halnya dengan proses pengolahan ikan memanfaatkan
suhu tinggi yang bertujuan untuk inaktivasi enzim, membunuh mikroba pembusuk
dan patogen yang nantinya meningkatkan daya awetnya serta memperbaiki tekstur
dan citarasa produk yang dihasilkan akan tetapi yang membedakan disini adalah
media perambatan panas yang digunakan berupa minyak. Minyak yang digunakan
seperti minyak kelapa sawit, bunga matahari, canola, kedelai, maupunminyak
sayur. Hal yang perlu diperhatikan pada proses penggorengan adalah jenis minyak
yang digunakan, suhu pemanasan dan lama waktu pemanasan karena ketiga faktor
tersebut dapat menyebabkan oksidasi minyak maupun lemak khususnya asam lemak
seperti EPA dan DHA yang terkandung pada ikan. Penelitian Gladyshev, M. I. et
al. (2007) dan Emanuelli et al. (2008)
menunjukkan bahwa kandungan EPA dan DHA mengalami penurunan yang signifikan
pada ikan yang digoreng jika dibandingkan dengan ikan yang diolah secara
direbus maupun dipanggang.
4.
Iradiasi
Prinsip pengolahan hasil perikanan dengan iradiasi adalah bahan
pangan diiradiasi pengion (Cobalt 60, Celsium 137, Mesin Berkas Elektron, Sinar
X) sehingga sel hidup (mikroorganisme) mengalami eksitasi, ionisasi, dan
perubahan kimia yang nantinya berpengaruh terhadap proses biologis
mikroorganisme sehingga makanan mempunyai daya awet yang lebih lama. Di
Indonesia pengolahan ikan secara iradiasi masih jarang kita jumpai hal ini
disebabkan oleh faktor sumber daya yang digunakan harus benar-benar terlatih
serta mahalnya biaya produksi yang harus dikeluarkan.
Demikian Artikel mengenai Penjelasan Lengkap Teknik Pengolahan Ikan secara Fisikawi
dan Pengolahan Ikan Pindang, kita akhiri dengan membaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil
’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert