اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan
tentang Sistem Kepercayaan, Bahasa dan Mata Pencaharian Masyarakat Bima
(Mbojo).
Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu
billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim”
Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
SISTEM KEPERCAYAAN
Mayoritas Suku Bima menganut Agama Islam dan
sebagian kecil menganut agama Kristen dan Hindu. Namun, ada satu kepercayaan
yang masih dianut oleh suku Bima yang disebut dengan Pare No Bongi. Pare No
Bongi merupakan kepercayaan asli orang Bima yang menganut kepercayaan terhadap
roh nenek moyang. Dunia roh yang ditakuti adalah Batara Gangga sebagai dewa
yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai penguasa.
Selain itu juga ada Batara Guru, Idadari sakti dan
Jeneng, roh Bake dan roh Jim yang tinggal di pohon atau gunung yang sangat
besar dan dipercaya berkuasa untuk mendatangkan penyakit, bencana, dan lainnya.
Juga terdapat sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap sakti, Murmas tempat
para dewa Gunung Rinjani; tempat tinggal para Batara dan dewi-dewi.
BAHASA
Suku Mbojo & Donggo menggunakan Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo yang
termasuk dalam rumpun Bahasa Melayu Polinesia. Bahasa tersebut terdiri dari berbagai
dialek, yaitu dialek Bima, Bima Dongo dan Sangiang. Dalam dialek bahasanya,
mereka sering menggunakan huruf hidup dalam akhiran katanya, jarang menggunakan
huruf hidup. Misalnya kata “jangang” diucapkan menjadi “janga”.
Namun disetiap kecamatan di Kota Bima, Kabupaten
Bima dan Kabupaten Dompu memiliki logat khas masing-masing (berbeda setiap
kecamatan / daerah) dalam penggunaan bahasa Bima atau Nggahi Mbojo.
MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian utama adalah bertani dan sempat
menjadi segitiga emas pertanian bersama Makassar dan Ternate pada zaman
Kesultanan. Oleh karena itu, hubungan Bima dan Makassar sangatlah dekat, karena
pada zaman Kesultanan, kedua kerajaan ini saling menikahkan putra dan putri
kerajaannya masing.
Selain bertani, masyarakat Bima juga berladang,
berburu dan berternak kuda yang berukuran kecil tapi kuat. Sejak abad ke-14
kuda Bima telah diekspor ke Pulau Jawa. Tahun 1920 daerah Bima telah menjadi
tempat pengembangbiakkan kuda yang penting. Para wanita suku Bima membuat
kerajinan anyaman dari rotan dan daun lontar, juga kain tenunan "tembe
nggoli" yang terkenal.
Demikian Artikel mengenai Sistem Kepercayaan,
Bahasa dan Mata Pencaharian Masyarakat Bima (Mbojo), kita akhiri dengan
mebaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ
رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert