اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan secara lengkap Higiene Industri
(Definisi, Ruang Lingkup, dan Potensi Bahaya
di Lingkungan Industri, serta Perbedaan Batasan antara Higiene Industri dan
Ilmu Kesehatan Kerja dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat). Sebelum masuk ke Materi marilah kita
membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir
rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar
Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
HIGIENE INDUSTRI
Pembangunan industri
dewasa ini telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang
ditandai dengan terus bertambahnya berbagai jenis industridengan berbagai macam
produksinya. Kondisi ini secara otomatis membuka lapangan pekerjaan yang lebih
luas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga
kerja dan keluarganya. Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerja pada
sektor-sektor industri baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal
maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses
industrialisasi.
Akibat perkembangan
industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua wilayah pola
penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu penyakit infeksi
yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang disebabkan oleh
non-living organisme atau non-living contaminants seperti zat-zat kimia, debu,
panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tidak sehat, dan
lain-lain.
Beberapa jenis
penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara lain:
pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan zat-zat
kimia/ logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain.
Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila upaya-upaya
perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan lingkungan kerja
tidak mendapatperhatian.
DEFINISI HIGIENE INDUSTRI
Higiene industri
didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi,
evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses,
yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan
kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja
maupun warga masyarakat Higiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan
perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress
yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan
dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun
lingkungan.
RUANG LINGKUP HIGIENE INDUSTRI
Ruang lingkup hygiene
industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi
HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak
berakhir (selama aktivitas industry berjalan). Ruang lingkup higiene industri
terdiri dari:
1.
Antisipasi
Antisipasi merupakan
kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Tahap
awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun
tujuan dari antisipasi adalah:
a.
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini
sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata
b.
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
c.
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi
pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki. Langkah-langkah
dalam antisipasi yaitu :
·
Pengumpulan Informasi melalui studi literature
·
Mempelajari
hasil penelitian dokumen-dokumen perusahaan
·
Survey
lapangan
·
Analisis dan diskusi dengan pihak terkait yang
kompeten
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar
potensi bahaya dan risiko yang dapat dikelompokkan: berdasarkan lokasi atau
unit, berdasarkan kelompok pekerja, berdasarkan jenis potensi bahaya, dan berdasarkan tahapan proses produksi dan
lain-lain.
2.
Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode
yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias
dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan
dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dan lain-lain. Adapun tujuan
dari rekognisi adalah :
a.
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara
detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran)
b.
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
c.
Mengetahui pekerja yang berisiko
3.
Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan
pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan
terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku,
sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja. Tujuan
pengukuran dalam evaluasi yaitu :
a.
Untuk mengetahui tingkat risiko
b.
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
c.
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
d.
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang
sudah dilaksanakan
e.
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk
dimasuki pekerja
f.
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih
spesifik
4.
Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat
dilakukan:
a.
Eliminasi merupakan upaya menghilangkan bahaya
dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang
berpotensi bahaya.
b.
Substitusi merupakan modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran
debu atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja
dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah
kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
c.
Isolasi merupakan Menghapus sumber paparan
bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi
kontrol kamar,
d.
Engineering control merupakan Pengendalian
bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
e.
Administrasi control merupakan Pengendalian
bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan
kerja. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber
bahaya
f.
Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah
terakhir dari hirarki pengendalian. Alat pelindung diri diklasifikasikan
berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
·
Mata
Sumber bahaya, cipratan bahan kimia atau logam cair, debu,
katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD (safety spectacles, goggle, faceshield,
welding shield).
·
Telinga
Sumber bahaya, suara
dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB APD (ear plug, ear muff, canal caps)
·
Kepala
Sumber bahaya, tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras,
rambut terlilit benda berputar. APD ( helmet, bump caps).
·
Pernapasan
Sumber bahaya debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen
defiency). APD (respirator, breathing apparatus).
·
Tubuh
Sumber bahaya, temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan
bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda
tajam, dust terkontaminasi. APD (boiler suits, chemical suits, vest, apron,
full body suit, jacket).
·
Tangan dan Lengan
Sumber bahaya, temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa
benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD (sarung tangan (gloves),
armlets, mitts).
·
Kaki
Sumber bahaya lantai licin, lantai basah, benda tajam,
benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD (safety shoes,
safety boots, legging, spat).
POTENSI BAHAYA DI LINGKUNGAN
PERUSAHAAN / INDUSTRI
Faktor lingkungan
kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational health
hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, bahaya faktor
biologi, faktor ergonomi dan psikologi.
Faktor Fisika
1.
Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari
hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan
bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh
sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin
diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga
guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat
mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) Halilintar 120 Kantor
gaduh 70, Meriam 110 Radio 60, Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40, Jalan yg
ramai 90 Rumah tenang 30, Pluit 80 Tetesan air 10, Penerangan atau pencahayaan.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan
menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja
harus cukup untuk menimbulkan kesan yang
higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat
melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan
kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan
fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir.
Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Untuk mengurangi
kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan
umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : Perbaikan kontras
dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek
tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras
dengan warna objek yang dikerjakan, Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari
penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja
perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri. Pengaturan tenaga kerja
dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga
kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
2.
Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising
seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus
menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting
dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered
tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ”
Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan
yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan
sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.
3.
Bahaya
Kimia
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan
pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan
adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa
, fosfor.
4.
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas,
peradangan dan oedema ( bengkak )Contoh :
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan :
aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine
,bromine, ozone.
5.
Racun
Sistemik
Adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem
tubuh. Contoh : Otak (pelarut, lead,mercury, manganese Sistem syaraf peripheral
n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide.
Sistem pembentukan darah (benzene,ethylene glycol ethers). Ginjal (cadmium,lead,mercury,chlorinated
hydrocarbons). Paru-paru (silica,asbestos, debu batubara pneumoconiosis).
Faktor Biologi
1.
Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus),
lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat
kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan
dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit
yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera,
dan sebagainya.
2.
Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300
nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi
sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus :
influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
3.
Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi
berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi
dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
4.
Ergonomi
Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan
kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “to fit the
Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Adapun beberapa posisi yang
penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :
a.
Posisi berdiri : Ukuran tubuh yang penting
adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang
lengan.
b.
Posisi duduk : Ukuran tubuh yang penting adalah
tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk
lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
Faktor Psikologi
Perasaan aman, nyaman
dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh pekerja. Hal ini dapat terjadi
karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja) yang tidak
menimbulkan stres pada pekerja.
PERBEDAAN BATASAN ANTARA HIGIENE INDUSTRI DAN ILMU KESEHATAN KERJA
DENGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Higiene perusahaan dan
kesehatan kerja sebagai satu kesatuan spesialisasi dalam ilmu kesehatan
masyarakat. Ilmu kesehatan kerja merupakan ilmu yang sangat luas sehingga
berbagai keahlian dari berbagai aspek pengetahuan terlibat di dalamnya. Kerjasama
yang erat dalam berbagai disiplin tersebut merupakan hal yang penting.
Namun demikian perlu
diketahui bahwa kesehatan kerja merupakan cabang dalam ilmu kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk masyarakat pekerja. Antara kesehatan
masyarakat dan kesehatan kerja terdapat kesamaan yaitu, keduanya mempelajari
masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan manusia serta lingkungan
fisik, biologi, kimia dan sosial secara umum.
Namun perbedaannya
terletak pada kesehatan kerja mempelajari manusia dalam hubungannya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun mental, sedangkan
kesehatan masyarakat mempelajari manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya
di luar tempat kerja, serta mempelajari semua faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan, metode kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja, yang
mungkin dapat menyebabkan penyakit kecelakaan atau gangguan kesehatan lainnyan,
misalnay bahaya-bahaya kimia dan fisik seperti infeksi dari debu, uap asam,
gas-gas yang terhirup, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan
perangsang, kesakitan akibat bising, silikasi akibat terhirup dan tersiram
bahaya debu silika bebas (SiO2) dalam paru-paru, kecelakaan akibat
kerja yang terlalu lama dan lain-lain.
Baca Juga:
Demikian Artikel mengenai Penjelasan
Lengkap Higiene Industri (Definisi,
Ruang Lingkup, dan Potensi Bahaya di Lingkungan
Industri, serta Perbedaan Batasan antara Higiene Industri dan Ilmu Kesehatan
Kerja dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat),
kita akhiri dengan membaca Hamdallah : الحَمْدُ
لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert