اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan secara lengkap Pengolahan Limbah Cair secara
Biologi. Sebelum masuk ke Materi marilah kita
membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi
minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim”
Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
Proses pengolahan limbah cair secara
biologis, secara garis besar terbagi menjadi 3, yakni:
1.
Proses Biologis Dengan Biakan
Tersuspensi
Ialah sistem pengolahan
dengan menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan
yang ada dalam air limbah dan mikroorganisme yang digunakan dibiakkan secara
tersuspensi di dalam reaktor. Contoh dari pengolahan dengan sitem ini adalah
lumpur aktif, kolam oksidasi, dan lain – lain.
2.
Proses Biologis Dengan Biakan
Melekat
Ialah proses pengolahan
limbah dimana mokroorganisme yang digunakan dibiakkan dalam suatu media
sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Contoh
pengolahan dengan sistem ini adalah trickling filter, aerasi kontak, dan RBC.
3.
Proses Biologis Dengan Sistem
Lagun Atau Kolam
Pengolahan dengan sistem
ini dilakukan dengan cara menampung air limbah pada suatu kolam penampungan
dalam waktu tinggal yang cukup lama sehingga aktifitas mokroorganisme tumbuh
secara alami dan senyawa polutan yang terkandung dalam air limbah akan terurai
secara perlahan.
Proses pengolahan limbah secara
biologi jika diklasifikasikan berdasarkan ketergantungan mikroorganisme
pengurai akan oksigen atau berdasar kondisi proses, yaitu:
1.
Aerob (Memerlukan Oksigen)
Proses ini membutuhkan
mikroorganisme maupun kondisi aerob, selain itu proses aerob biasa digunakan
untuk limbah dengan kadar BOD Yng tidak terlalu tinggi.Ada beberapa teknik
pengolahan limbah cair secara biologi dengan proses aerob:
a.
Lumpur Aktif (Activated Sludge
Process)
Pengolahan limbah dengan
sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada tahun 1914 oleh Ardern
dan Lockett, dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa
mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara aerobik. Istilah
lumpur aktif diterapkan baik pada proses maupun padatan biologis di dalam unit
pengolahan.
Gambar Proses Lumpur Aktif
Cara Kerja:
Setelah dilakukan
penyaringan dan equalisasi, air limbah dimasukkan kedalam bak pengendap awal
untuk menurunkan suspended solid. Limbah cair dimasukkan ke dalam tangki aerasi di
mana terjadi pencampuran dengan mikroorganisme yang aktif (lumpur aktif).
Mikroorganisme inilah yang
melakukan penguraian dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara
aerobik. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan
dengan cara memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower. Aerasi ini
juga berfungsi untuk mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi
kontak yang intensif.
Campuran limbah cair yang
sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki sedimentasi di mana lumpur
aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen dari
proses.
Sebagian besar lumpur
aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut dikembalikan ke tangki
aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi mikroorganisme dalam tangki
aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.
Kelebihan:
Daya larut oksigen dalam
air limbah lebih besar, Efisiensi proses lebih tinggi, Cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit
kecil untuk polutan organik yang susah terdegradasi.
Kekurangan:
Area instalasi luas,
sehingga membutuhkan dana investasi cukup besar, akibatnya pemanfaatan
teknologi lumpur aktif menjadi tidak efisien di Indonesia, Proses operasional yang
rumit mengingat proses lumpur aktif memerlukan pengawasan yang cukup ketat.
Seperti kondisi suhu dan bulking control proses endapan, Membutuhkan energi yang
besar. Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah
massa mikroba dalam reaktor, dan Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut. Contoh Pengaplikasiannya sistem pegolahan air
limbah pada rumah sakit & industri kertas (pulp).
b.
Lagun Aerasi (Aerated Lagoon)
Lagun Aerasi adalah sebuah
kolam yang dilengkapi dengan aerator. Proses kerja reaktor ini ialah menampung
air limbah dalam sebuah kolam besar yang diatur supaya suasana aerobik berjalan
melalui pengadukan mekanis ataupun memasang penggelembung udara seperti gambar
dibawah ini. Biomassa yang terbentuk akan mendegradasi polutan organik. Suplai
oksigen juga terkadang mendapat bantuan dari fotosintesis alga maupun ganggang
dalam kolam tersebut.
Gambar
Lagun Aerasi
Cara Kerja:
Lagun aerasi mempunyai
proses yang hampir sama dengan proses kerja lumpur aktif, perbedaannya adalah
dalam hal pengembalian lumpur. Pada lagun aerasi lumpur tidak dikembalikan.
Aerator langsung beroperasi di atas permukaan lagun dan menggoncang seluruh
permukaan limbah agar dapat tercampur merata antara udara dan limbah.
Mikroorganisme memanfaatkan limbah sebagai sumber energi. Yang penting disini
adalah berapa jumlah oksigen yang dapat ditransfer untuk kebutuhan kolam.
Kelebihan:
Biaya pemeliharaan rendah,
Effluent yang dihasilkan baik karena daya larut oksigen dalam air limbah lebih
besar sehingga mengoptimalkan kinerja mikroorganisme, dapat menampung air
limbah dengan kuantitas volume yang sangat besar, dan tidak menimbulkan bau.
Kekurangan:
Membutuhkan lahan yang
luas, membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk suplai oksigen dan juga untuk pengadukan secara
sempurna.
Contoh Pengaplikasian:
Sistem pengolahan air
limbah pada industri pangan.
c.
Rotating Biological Contactors
(RBC)
Rotating Biological
Contactor (RBC) adalah suatu proses perngolahan air limbah secara biologis yang
terdiri atas disk melingkar yang diputar oleh poros dengan kecepatan tertentu.
Unit pengolahan ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang digerakkan oleh
motor drive system dari diffuser yang dibenam dalam air limbah, dibawah media.
Gambar RBC
Cara Kerja:
Mekanisme aerasi terjadi
ketika mikroba terpapar oksigen di luar air limbah sehingga terjadi pelarutan
oksigen akibat difusi. Sesaat kemudian, mikroba ini tercelup lagi ke dalam air
limbah sekaligus memberikan oksigen kepada mikroba yang tersuspensi di dalam
bak. Bersamaan dengan itu terjadi juga reintake material organik dan anorganik
yang merekat didalam biofilm. Tetesan air berbutir-butir yang jatuh dari media
plastik dan bagian biofilm yang merekat dipermukaan plastik juga memberikan
peluang reaerasi. Begitu seterusnya secara kontinyu 24jam sehari, ada yang
bagian terendam, ada bagian yang terpapar oksigen.
Kelebihan:
Mudah dioperasikan, Mudah
dalam perawatan, Tidak membutuhkan banyak lahan, Beberapa variasi parameter
dapat di kontrol seperti kecepatan putaran disc, resirkulasi, dan waktu
detensi.
Kekurangan:
Kerusakan pada materialnya
seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dan lain – lain
yang membutuhkan biaya cukup banyak, Biaya kapital dan pemasangan mahal, Biaya
investasi mahal jika debit airnya besar.
d.
Saringan Menetes (Trickling
Filter)
Merupakan alat penyaring
berbentuk silinder dengan media berpori yang disusun secara bertumpuk. Proses
kerja dari reaktor ini yakni mendistribusikan air limbah melalui bagian atas
oleh lengan yang dapat berputar sehingga membentuk sprai/tetes-tetes kecil,
kemudian berkontak dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan pendisribusian
berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan seluruh media secara
merata.
Media itu sendiri
dapat berupa potongan-potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang,
pozzolan ataupun bahan isian dari plastik yang berukuran antara 40 -80 mm.
Permukaan batuan ini mengandung lapisan (film) mikroorganisme biasanya, bakteri Zoogloea ramigera dan
spesies protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan Vorticella). Suplai
oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari bagian bawah. Penghembusan
oleh blower ini juga berfungsi untuk mendistribusikan air limbah menjadi
tetesan kecil pada lengan putar. Prinsipnya adalah bakteri aerob
mendegradasi bahan organik yang melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media,
saat limbah melewati lapisan yg seperti lendir, limbah yg mengandung polutan
akan terdegradasi. Limbah mengalir melalui pipa distributor yg berlubang
sehingga terdapat zona basah dan kering bergantian dan terjadilah transfer
oksigen kemudian limbah mengalir dan kontak dg mikroorganisme lalu keluar
melalui pipa under - drain di bawah bak penampung.
Gambar
Proses Trickling Filter
Cara Kerja:
Air limbah dialirkan ke
bak pengendapan awal untuk mengendapakan padatan tersuspensi. Selanjutnya air limbah
dialirkan ke bak Trickling filter melalui pipa berlubang yang berputar,
kemudian keluar melalui pipa under-drain yang ada didasar bak dan keluar
melalui saluran efluen. Air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir dan limpasan dari bak
pengendapan akhir merupakan air olahan. Lumpur yang mengendap selanjutnya disirkulasikan
ke inlet bak pengendapan awal.
Kelebihan:
Tidak memerlukan lahan
yang terlalu luas serta mudah pengoperasiannya, Sangat ekonomis dan praktis, Tidak membutuhkan
pengawasan yang ketat, Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan paling
atas media.
Kekurangan:
Tidak bisa diisi dengan
beban volume yang tinggi mengingat masa biologi pada filter akan bertambah
banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan filter, Timbulnya bau yang tidak
sedap, Prosesnya
sering terganggu oleh lalat-lalat yang datang menghampiri, Hanya untuk limbah yang
encer dan dengan BOD yang rendah.
Contoh Pengaplikasian:
Sistem pengolahan
limbah cair domestik dan industri obat herbal.
2.
Anaerob (Tanpa Oksigen)
Pengolahan anaerobik adalah
pengolahan air limbah dengan menggunakan bakteri anaerob atau tanpa membutuhkan
oksigen dalam proses pengolahan atau penguraian air limbahnya oleh bakteri.
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan
organik dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak
berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan
dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini
dapat diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan organik (COD)
yang tinggi. Pengolahan anaerob dapat digunakan dalam proses pengolahan air
limbah industri dan air limbah domestik.
Pada proses pengolahan
secara biologi anaerob terjadi empat tahapan proses yang terlibat diantaranya:
a.
Proses Hidrolisis
Suatu proses yang memecah molekul organik komplek menjadi molekul
organik yang sederhana.
b.
Proses Acidogenisis
Suatu proses yang merubah molekul organik sederhana menjadi asam lemak.
c.
Proses Acetogenisis
Suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam asetat dan terbentuk
gas-gas seperti gas H2, CO2, dan NH4.
d.
Proses Methanogenisis
Suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-gas yang dihasilkan pada
proses acetogenisis menjadi gas metan, CH4 dan CO2. Pengaturan pH
awal proses sangat penting. Tahap pembentukan asam akan menurunkan pH awal.
Jika penurunan ini cukup besar akan dapat menghambat aktivitas mikroorganisme
penghasil metana. Untuk meningkatkat pH dapat dilakukan dengan penambahan
kapur.
Kelebihan:
Efisiensi yang tinggi, Mudah dalam konstruksi
derta pengoperasiannya, Tidak membutuhkan lahan yang luas, Membutuhkan energi dalam jumlah yang sedikit, Jumlah lumpur yang
dihasilkan sedikit, Serta jumlah nutrien dan bahan kimia yang dibutuhkan juga sedikit.
Kekurangan:
Penyisihan kandungan
nutrien an patogen yang rendah, Membutuhkan waktu yang lama untuk start-up, Menimbulkan bau.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengolahan Limbah Secara Biologi Ada beberapa faktor yang
berpengaruh, antara lain: Nutrien, Nutrien yang dibutuhkan ada dua jenis yakni mikro dan makro. Untuk
makro terdiri dari unsur C, N, dan P,
Kadar Oksigen,
Oksigen hanya dibutuhkan jika proses pengolahan dilakukan
pada kondisi aerob, Suhu dan PH.
Baca Juga:
Demikian Artikel mengenai Penjelasan Lengkap Proses Pengolahan Limbah Cair secara Biologi, kita akhiri
dengan mebaca Hamdallah : الحَمْدُ
لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert