اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan secara lengkap tentang Kaitan antara Privilese Dan Kesuksesan. Sebelum
masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi
minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim”
Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya
Rabbal'alamin” ...
Privilese atau hak istimewa memiliki
peran penting dalam kesuksesan. Bahkan dalam cerita sukses yang sepertinya
penuh dengan ide cemerlang dan kerja keras semata, seringkali ada privilese
yang menyertai cerita sukses tersebut. Ambil contoh kisah sukses Bill Gates.
Beserta Jeff Besos (Amazon), Steve Jobs (Apple), Larry Page (Google), dan
beberapa nama besar lainnya, mereka disebut-sebut memulai perusahaan raksasa
yang mendunia dari garasi rumah. Bagian ini diromantisisme sedemikian rupa,
membuat mereka yang tak sukses jadi merasa kurang berarti, bahkan minder. Yang
kadang lupa disebutkan bahwa ibu Bill Gates, Mary Gates, adalah salah satu
direktur di perusahaan IBM dengan akses yang besar ke perusahaan tersebut.
Jadi, Bill Gates bukan anak orang kaya saja, tapi anak orang kaya yang memiliki
akses ke perusahaan komputer.
Ayah Bill Gates bekerja sebagai
pengacara--profesi yang dikenal berpenghasilan besar--di Seattle. Tak hanya
itu, Kakek Bill Gates dari ibunya, Willard Maxwell, adalah bagian dari
eksekutif manajemen di Pacific National Bank. Mary Gates sempat mendiskusikan
perihal perusahaan yang dibangun anaknya kepada CEO IBM, John R Opel. Hasilnya,
beberapa pekan kemudian, IBM pun memberi kesempatan pada perusahaan yang
dibangun Bill Gates, Microsoft, untuk mengembangkan sistem operasi pada
komputer personal pertama mereka.
Atau Menteri Pendidikan Nadim
Makarim, putra dari Anwar Makarim. Orang sekelas Hotman Paris pernah bekerja
dengan ayah Nadim Makarim. Hotman Paris pernah bercerita, kalau pak Nadim
Makarim bisa saja menjadi Lawyer yang Hebat seperti bapaknya. Bapak dari Nadim
Makarim ini, adalah lulusan Harvard, anaknya pun lulusan Harvard Business
School. Coba bayangkan di tahun itu, bapaknya dapat kuliah dikampus yang sangat
hebat. Perjuangan Nadim Makarim juga sangat luar biasa dari Pengusaha, seorang
Nadim Makarim dapat menjadi Menteri. Hal ini membuktikan bahwa Usaha dan
Privilege adalah bukti nyata dapat mengantarkan seseorang menjadi Sukses.
Jika saya kaya, saya bisa mewujudkan
impian saya menjadi dokter, atau pengusaha. Pernahkah hal ini terbesit dibenak
Anda? Uly siregar meyakini bukan salah individunya jika ia gagal, tapi
kemiskinan structural. Setuju?
"Hebat, ya, dia. Sukses dari
usaha kecil sekarang sudah jadi perusahaan bernilai miliaran rupiah.” Sudah
jamak bila seseorang meraih sukses yang luar biasa ketika ditanya kunci
kesuksesannya, jawabannya akan berkisar pada kerja keras, ketekunan, ide-ide
yang otentik, passion, semangat pantang menyerah, dan sebagainya. Jarang
ada orang sukses yang dengan sukarela menjawab ‘keberuntungan' apalagi
‘privilese' sebagai faktor penentu kesuksesan. Mengapa? Entahlah. Mungkin
karena jawaban seperti itu tak kedengaran heroik dan tak membuat seseorang
terlihat sangat istimewa. Padahal, harus diakui, privilese atau hak istimewa memiliki peran
penting dalam kesuksesan. Bahkan dalam cerita sukses yang sepertinya penuh
dengan ide cemerlang dan kerja keras semata, seringkali ada privilese yang
menyertai cerita sukses tersebut.
Ketika ditunjukkan privilesenya,
banyak orang yang merasa tersinggung dan menjadi defensif. Padahal, memiliki
privilese bukan berarti seseorang itu buruk atau tak memiliki tantangan dan
cobaan dalam hidupnya. Atau bukan berarti mereka yang memiliki privilese tak
bekerja keras untuk meraih sukses. Seseorang yang meraih sukses dengan bantuan
privilese tak perlu merasa bersalah dengan kesuksesannya.
Privilese memberikan pijakan yang
berbeda pada dua orang yang bertarung untuk memperebutkan hal yang sama.
Privilese artinya ada sistem yang tak adil, yang memberikan keuntungan bagi
seseorang dibandingkan yang lain, meskipun mereka memiliki potensi yang sama.
Yang bisa dilakukan mereka yang memiliki privilese adalah tidak menutup mata
akan adanya tekanan yang menghalangi kesempatan orang lain untuk sama-sama
maju, dan ikut menyuarakan ketidakdilan tersebut.
Tapi tak perlu merasa terobsesi dengan kesuksesan orang lain yang diembel-embeli faktor privilese. Sukses datang dalam beragam bentuk dan ukuran. Bagi yang kebetulan tidak memiliki banyak privilese bukan berarti jalan tertutup. Artinya, kerja yang dibutuhkan untuk sukses menjadi lebih keras. Dan tak perlu merasa gagal bila kesuksesan diperoleh tak fantastis sampai membuat orang terkagum-kagum. Ukuran kesuksesan, toh, bukan hanya Bill Gates, atau bos Go-Jek, Nadien Makarim.
Sukses bisa juga berarti seperti ditunjukkan Raeni, wisudawati Universitas Negeri Semarang dengan predikat cum laude yang datang ke lokasi acara wisuda dengan menggunakan becak yang dikendarai oleh ayahnya, Mugiyono. Atau sesederhana sukses tukang bubur gerobak di Bogor yang mampu berangkat haji dari keuntungan hasil berjualan bubur.
Demikian Artikel mengenai Penjelasan Kaitan antara Privilese Dan Kesuksesan, kita
akhiri dengan membaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil
’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert