Buku "Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin" by Tere Liye |
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala
yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada kita semua
sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita semua selalu
mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan berbagi Ulasan Buku (Book Review); "Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin" by Tere Liye, ulasan ini ditulis oleh @nrlhkmtlmwrdh. Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...
Hadir kembali dengan buku bernuansa novel kehidupan yang berjudul “Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin" by Tere Liye.
Salah satu buku terbitan dari Gramedia Pustaka Utama dari seorang penulis yang tidak asing lagi namanya (Tere Liye) yang menyuguhkan cerita seorang anak perempuan yang masih berusia kurang dari lima belas tahun dengan kehidupan bersama adik laki-lakinya yang begitu tak layak di jalanan, kehidupan mengamen di jalanan untuk menghidupi perut mereka dan ibunya di rumah bkan lagi sebuah cerita sedih dalam kehidupan pikirnya. Cerita yang berujung pada penghujung tak terduga ini sangat memberi kesan pelajaran yang berharga tentang seorang yang hadir menolong dalam peliknya kehidupan pada saat itu.
Kisah dimulai dengan datangnya bantuan seorang laki-laki muda berusia dua-puluhan yang pada saat itu menjabat sebagai dokter muda, ia mengembangkan sebuah rumah perpustakan kecil untuk anak-anak kurang mampu di sekitar daerah kumuh di Jakarta. Lalu beranjak mengangkat anak perempuan & adik laki-lakinya yang ia temui di sebuah bus itu menjadi adik angkat yang akan di santuni sepanjang karirnya berjalan.
Kak Danar namanya, sosok yang sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang anak perempuan yang Bernama Tania. Dimulai menggambarkan kisahnya dari tahun ke tahun sampai berjalan hingga usia dewasanya, ternyata membentuk bagaimana cara berpikir seorang tania yang di deskripsikan dengan terang. Karakter seorang Tania, karakter kak Danar, karakter seorang perempuan yang bersama kak danar dan tetunya sang adik yang di panggil Dede mengisi bagaimana hadirnya buku ini untuk bisa dinikmati pembaca.
Novel dari penulis Tere Liye ini menjadi salah satu karya menarik yang berjejer di toko mall buku sebagai karya novel yang lumayan di minati. Dengan cerita yang di suguhi di awal membacanya mungkin berpikir dapat menebak, tapi menuju pertengahan, ternyata tidak, haha~. Pada akhirnya kita di berikan sebuah pernyataan yang membuat emosi kita semakin tidak beraturan, ini menurut ku ya.
Nah ada salah satu potongan kalimat pernyataan yang epic dari percakapan anne (teman tania) yang menarik dalam buku ini, yaitu;
“Pria selalu punya ruang tersembunyi di hatinya. Tak ada yang tahu, bahkan percayakah kau, ruang sekecil itu lebih absurd dari seorang Wanita terabsurd sekalipun”
Boom.... (aku menyadarinya setelah membaca buku ini)
Nah kalau di tanya bukunya recommended atau enggak? Kurang lebih aku bakal bilang, jika kalian sedang di liputi hawa santai, buku ini bisa jadi teman bahan bacaan. Lumayan, ada pelajaran yang di dapatkan juga kok. jadi recomended apa enggak tuh?
Jadi kesimpulan yang aku ambil dari buku ini, ialah kita di ajarkan untuk tidak berharap terlalu lebih pada seseorang ya, apalagi ingin mengambil alih hak atas pilihan di kepalanya. Memaksa untuk tetap bersama padahal kita tahu konsekuensinya. Belajar bagaimana melepaskan dan berterimakasih dengan cara yang baik, seperti judulnya, layaknya daun yang jatuh tak pernah membenci angin, bagaimana bisa tempat dahulu tania berpulang dan di dinaugi akan segalanya dengan pemberian tanpa pamrih lantas malah membenci hanya karena tak terbalas dengan alasan yang berhubungan dengan hati? Kejam bukan? Semoga itu tidak terjadi pada kita ya.
Oh ya buku ini di bandrol dengan harga Rp69.000,- ya, dan bisa kamu buru di toko buku terdekat, oh ya harga tersebut di tujukan untuk di pulau jawa yah.
Oke kita sudah di penghujung.
Seperti biasanya, ku ingatkan lagi yah bahwa yang paling baik dalam menikmati sebuah buku adalah membacanya secara langsung.
Demikian Artikel mengenai Ulasan Buku (Book Review); "Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin" by Tere Liye, kita akhiri dengan membaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert